Pernah nggak sih punya rencana jalan-jalan ke tempat alam yang kece, tapi malah berakhir nggak sesuai ekspektasi? Nah, itulah yang kejadian pas nyobain ke Kawah Ratu lewat jalur Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Awalnya sih semangat, apalagi udah siapin semua perlengkapan. Tapi ternyata, alam dan aturan main berkata lain.
Daftar Isi
Masuk Taman Nasional, Bayar Tiket Masuk Kawah Ratu
Begitu sampai di area taman nasional, langsung kena biaya masuk. Per orang dikenakan Rp15.000, motor Rp5.000, dan mobil Rp15.000. Sebenarnya udah niat banget mau tracking ke Kawah Ratu, tapi ternyata ada aturan yang cukup ketat. Nggak boleh cuma berdua ke sana. Minimal harus tiga orang, dan salah satu di antaranya harus pernah ke sana sebelumnya. Kalau belum pernah, wajib sewa pemandu.
Nah, karena awalnya cuma datang berdua dan belum pernah ke lokasi itu, akhirnya gabung sama rombongan lain dan patungan buat sewa guide. Untungnya ada penunjuk jalan.
Trekking Nggak Main-Main: 90 Persen Menanjak, Berlumpur, dan Sepatu Ikut Tumbang
Begitu jalan, langsung kerasa banget medannya seperti nanjak terus dan penuh lumpur. Baru jalan setengah, sepatu udah jebol. Beneran. Outsole-nya copot satu-satu, dan makin ke depan makin kepikiran buat balik.
Apalagi cuaca juga mulai nggak bersahabat. Langit makin gelap, suara petir mulai terdengar, dan hujan pun turun tanpa kompromi. Di tengah perjalanan, dua orang dari rombongan bahkan memutuskan buat balik karena merasa nggak sanggup nerusin perjalanan.
Sampai Kalimati, Tapi Nggak Jadi ke Kawah Ratu
Sebenarnya udah nyaris sampai—tinggal sekitar 500 meter lagi dari Kalimati ke Kawah Ratu. Tapi kondisi makin berat, sepatu makin rusak, dan rasa was-was makin gede. Akhirnya mutusin buat berhenti di Kalimati aja, tempat terakhir sebelum ke kawah. Di sana, bau belerang udah mulai tercium banget, suasana makin sunyi, dan hawa mistis mulai kerasa. Di momen itu, keputusan untuk nggak lanjut terasa tepat.
Kadang, berhenti bukan karena nyerah, tapi karena sadar kapan harus mundur buat keselamatan diri.
Jalur Pulang: Hujan Deras, Pohon Tumbang, dan Trek Banjir
Perjalanan pulang pun nggak kalah dramatis. Hujan turun deras banget, pohon tumbang menghalangi jalan, dan lumpur bener-bener dalam. Untung ada guide yang bantu bersihin jalur dan pastikan arah nggak salah. Bayangin kalau jalan sendiri? Bisa-bisa nyasar atau kejebak di jalur salah.
Jadi kalau ada yang bilang, “Ah, ke Kawah Ratu mah gampang,” coba dulu rasain medannya, baru ngomong.
Nggak Nyampe Puncak, Tapi Dapet Banyak Pelajaran
Meskipun nggak berhasil sampai ke kawahnya, perjalanan kali ini tetap berkesan. Ngerasain capek bareng orang-orang yang awalnya asing, terjebak hujan, sepatu jebol, dan harus terus jalan walau fisik udah teriak “cukup!”
Dari semua pengalaman itu, yang paling penting: tahu kapan harus berhenti, tahu batas kemampuan diri, dan tetap bersyukur meskipun nggak sesuai rencana.
Kalau ada rencana ke tempat-tempat seperti ini, pastikan persiapan matang: fisik harus kuat, sepatu harus proper, dan jangan lupa selalu ikuti aturan. Alam itu indah, tapi juga bisa kejam kalau kita ceroboh.