Bagi banyak komuter di Jabodetabek, jalur KRL Bogor – Jakarta Kota bukan sekadar transportasi, tapi juga perjalanan melintasi sejarah panjang kota metropolitan. Meski secara resmi diluncurkan pada 28 Mei 2022, infrastruktur jalur ini sudah jauh lebih tua—berusia sekitar 150 tahun!
Uniknya, perubahan tata jalur ini pernah menimbulkan perdebatan seru. Warga sekitar Bogor merasa tata lama lebih efisien, sedangkan mereka yang tinggal di Bekasi lebih menyukai pola baru. Ya, seolah-olah perebutan “layout terbaik” ini layaknya pilihan tim bola: semua punya jagoan sendiri.
Daftar Isi
Jakarta Kota: Dari Stasiun Pusat Jadi Destinasi Wisata
Stasiun Jakarta Kota yang berdiri dengan sentuhan arsitektur kolonial Belanda, dulu adalah jantung transportasi ibukota. Namun, seiring perkembangan kota yang merambat ke selatan, stasiun ini kini lebih berperan sebagai gerbang menuju kawasan Kota Tua, dilengkapi dengan trotoar lebar, plaza pejalan kaki, serta integrasi bus TransJakarta Koridor 1 dan Koridor C yang memudahkan mobilitas.
Namun jangan salah, meski kini bernuansa “wisata heritage”, KRL masih berdetak di sini setiap 5–10 menit sekali.
Manggarai: Simpul Utama yang Penuh Drama
Siapapun yang pernah jadi penumpang setia KRL pasti tahu reputasi Stasiun Manggarai. Saat jam sibuk, ia bisa jadi momok menegangkan. Tapi di luar jam padat, stasiun ini terasa modern: ada skybridge ke TransJakarta Koridor 4, ruang tunggu ber-AC, hingga papan petunjuk arah (wayfinding) yang jelas.
Tak hanya melayani KRL Bogor Line, stasiun ini juga jadi hub intercity, bandara, dan bahkan dalam waktu dekat akan terhubung langsung dengan LRT Jakarta yang sedang diperpanjang.
Transit Unik di Sepanjang Jalur
Kelebihan jalur ini adalah integrasi transportasinya. Contohnya:
- Stasiun Cawang–Cikoko terhubung dengan LRT, TransJakarta Koridor 9, dan sejumlah rute bus reguler.
- Stasiun Depok Baru terhubung dengan terminal TransJakarta jalur Depok–Jakarta.
Sementara itu, Stasiun Pasar Minggu menjadi contoh cerdas integrasi transit: skybridge penghubung langsung ke pasar tradisional dan terminal bus. Bisa belanja, bisa naik KRL, semua dalam satu langkah.
Di bagian selatan, kecepatan KRL ditingkatkan hingga 80 km/jam. Ini membuat perjalanan terasa lebih singkat, meski jadwal masih belum sepenuhnya konsisten.
Stasiun demi stasiun muncul dengan karakteristik unik:
- Tanjung Barat dengan hunian vertikal di atasnya.
- Pondok Cina yang dulu penumpang keluarnya harus melewati proyek apartemen setengah jadi.
- Depok Baru sebagai simpul utama, sedangkan Stasiun Depok lebih sederhana dan dikelilingi perumahan.
- Bogor, sang terminus, dengan gaya kolonial di pintu timur, taman kota di sampingnya, dan suasana wisata Pegunungan Puncak yang siap menyambut.
Namun, jangan harap nyaman saat hujan deras—atap peronnya masih belum sepenuhnya melindungi!
Kisah Integrasi Transportasi Bogor
Meski disebut kota satelit, Bogor punya sistem transportasi yang tidak kalah sibuk. Ada angkot yang serba menjelajah, Trans Pakuan yang berperan sebagai bus kota semi-rapid, hingga bus DAMRI ke Blok M walau sering tersendat macet, setidaknya bisa jadi bus tidur gratis bagi pekerja yang pulang larut.
KRL dengan Nuansa Historis dan Masa Depan
KRL Bogor Line adalah kombinasi unik: jalur bersejarah dengan infrastruktur kolonial, sentuhan Jepang lewat rangkaian kereta Tokyo bekas, serta integrasi modern dengan bus, BRT, dan LRT. Di satu sisi, kita bisa merasakan aura heritage Kota Tua, sementara di sisi lain, modernitas transit urban Jakarta tersaji nyata.







