Sistem transportasi kota Bogor punya kisah rumit. Trans Pakuan, yang kini berganti nama menjadi Trans Metro Bogor, tengah berupaya bangkit meski hanya berencana mengoperasikan kembali 2 dari 4 koridornya di akhir bulan ini. Koridor 5 dan 6 harus rela “disingkirkan” akibat minimnya penumpang. Tapi bukannya tanpa alasan — rute-rute tersebut tidak melewati terminal besar, stasiun kereta, atau pusat bisnis yang biasanya jadi magnet penumpang.
Daftar Isi
Koridor 5 dan 6: Rute yang Ditinggalkan
Koridor 5 sebenarnya cukup potensial. Jalur ini melewati sekolah, kafe, museum, hingga Plaza Jambu Dua sebelum berakhir di Stasiun Bogor. Namun karena lintasan relatif pendek dan tidak punya generator perjalanan utama selain stasiun, jumlah penumpangnya tidak stabil.
Lebih pelik lagi adalah Koridor 6. Alih-alih menghubungkan ke simpul transportasi penting, rutenya justru mengitari kawasan hunian. Meski melewati gedung pemerintahan dan Plaza Jambu Dua, tanpa akses langsung ke terminal atau CBD, sulit berharap angka ridership tinggi. Padahal sejatinya koridor ini cocok sebagai jalur feeder, namun ketiadaan subsidi kuat membuatnya tersingkir.
Mengapa Tidak Menyentuh Institut Pertanian Bogor dan RSUD Bogor?
Pertanyaan besar muncul: mengapa Trans Metro Bogor belum melayani kampus IPB Dramaga dan RSUD Bogor? Padahal kampus ini menampung lebih dari 36 ribu mahasiswa, salah satu segmen masyarakat paling rajin menggunakan transportasi publik.
Bayangkan satu jalur baru, sebut saja Koridor 8, yang menghubungkan IPB Dramaga – Terminal Bubulak – Supermarket TIP TOP – RSUD Bogor – Stasiun Bogor – Kebun Raya Bogor – hingga Terminal Cidangiang (yang terintegrasi dengan koridor 1, 2, shuttle Sentul line 7, dan Bus Bandara). Itu artinya, sekali naik bus bisa langsung terkoneksi ke pusat pendidikan, kesehatan, wisata, hingga kawasan niaga.
Perumda Trans Pakuan: Varian dengan Tarif Premium
Selain Trans Metro Bogor, ada juga Perumda Trans Pakuan yang menawarkan armada dengan harga tiket Rp 12.000 – Rp 20.000. Bedanya, layanan ini tidak “dipangkas habis-habisan” karena memang tidak sepenuhnya bergantung pada subsidi.
Visi ke depannya jelas: memperpanjang Koridor 7 hingga ke Sentul Timur, melewati Jungleland, Taman Budaya, hingga Masjid di Bogor. Rute ini bahkan bisa diperluas sampai Stasiun Bogor agar wisatawan dari jalur KRL bisa langsung menuju destinasi populer tanpa perlu transit ganda.
Headway 30–60 menit masih bisa ditoleransi, asalkan jadwal konsisten. Dengan tambahan fitur bus tracking Mitra Darat, pengguna bisa mengetahui kedatangan bus secara real time, sesuatu yang masih jarang hadir di layanan perkotaan.
Koneksi Strategis: Harjamukti LRT dan Potensi Ekspansi
Perumda Trans Pakuan juga punya dua jalur feeder menuju Stasiun LRT Harjamukti. Meski saat ini baru beroperasi 3–4 kali keberangkatan setiap hari kerja, idealnya layanan berjalan sepanjang hari: mulai pukul 05.00 hingga 21.00, meski dengan interval 60–90 menit.
Lebih jauh lagi, integrasi sebaiknya menghubungkan Harjamukti dengan Sentul City (Barat dan Timur), Summarecon Bogor, Ciawi, bahkan Cianjur. Area-area ini bukan sekadar pinggiran, tapi bagian dari Jakarta Raya yang mobilitasnya semakin vital.
Tantangan Pemulihan Kepercayaan Publik
Jujur saja, jeda berbulan-bulan tanpa bus kota memberikan luka besar bagi kepercayaan publik. Bayangkan jika listrik, air, dan pengangkutan sampah diabaikan selama lebih dari dua bulan—begitu pula transportasi, ia adalah kebutuhan dasar.
Dengan target menghidupkan koridor 1 dan 2 pada awal bulan depan, Bogor hanya punya waktu sekitar dua minggu untuk membuktikan keseriusannya. Apabila gagal, masyarakat bisa semakin apatis dan kembali menyerbu jalan raya dengan kendaraan pribadi, membuat kemacetan Bogor semakin mengganas.
Bangkit atau Tenggelam?
Kedua operator, Trans Metro Bogor dan Perumda Trans Pakuan, punya peluang untuk membangun ekosistem transportasi kota yang efisien, terjangkau, dan menarik bagi warga. Tapi untuk itu dibutuhkan keberanian berinovasi, integrasi antarmoda, serta konsistensi jadwal.
Karena tanpa kepercayaan publik, bus modern sebanyak apapun hanya akan berubah menjadi monumen mahal yang kosong melompong.