Sejarah Jalur KRL Jakarta–Bogor: Dulu Hampir Dibuang, Sekarang Jadi Tulang Punggung

Transportasi105 Views

Kalau sekarang kita lihat kereta KRL Bogor Jakarta datang setiap 5 menit sekali, rasanya nggak kebayang kalau dulu jalur ini pernah mau dihilangin. Padahal, sekarang ini adalah jalur paling sibuk di Indonesia! Tapi gimana sih ceritanya jalur ini bisa bertahan dan jadi sebesar sekarang?

Pembangunan Jalur Kereta Batavia – Buitenzorg Tahun 1873

Kita mundur dulu ke tahun 1873. Jalur kereta dari Batavia ke Buitenzorg alias Bogor pertama kali dibuka. Awalnya sih cuma ada satu perjalanan pulang-pergi per hari. Yang ngelola perusahaan swasta Belanda NIS, . Mereka juga yang bangun jalur Semarang-Tanggung. Nah, jalur ke Bogor ini beda, karena pakai lebar rel 1067 mm, yang artinya lebih sempit dari jalur Semarang. Tapi justru itu bisa ngirit biaya sampai 800.000 Gulden!

Nama-nama stasiunnya juga sempat beberapa kali ganti. Dulu Batavia Noord itu sekarang jadi Jakarta Kota, Koningsplein jadi Gambir, dan Buitenzorg jelas sekarang jadi Stasiun Bogor. Bahkan ada stasiun yang sempat dinamai “Dierentuin” alias Kebun Binatang.

Pembangunan Jalur LAA oleh Staatsspoorwegen Tahun 1930

Setelah jalur ini diambil alih sama Staatsspoorwegen (SS), banyak perubahan dilakukan. Stasiun-stasiun diperbesar, jalur ganda mulai dibangun, dan yang paling revolusioner waktu itu: jalur ini dialiri listrik (LAA). Mulai 1930, perjalanan jadi makin cepat dan bersih karena pakai KRL. Kebayang kan, dulu udah ada KRL walau belum secanggih sekarang?

Tapi masuk tahun 1960-an, ada wacana pemindahan jalur ke bawah tanah, demi pembangunan Monas. Proyek ini sempat jalan, LAA sempat dibongkar, tapi akhirnya batal juga gara-gara peralihan pemerintahan ke era Orde Baru. Hasilnya? Jalur LAA sempat terputus dan bikin operasional jadi ribet karena mesti ganti lokomotif di Manggarai.

Layanan KA Patas Jakarta Bogor Tahun 1970

Untungnya, tahun 1970-an semuanya mulai diperbaiki. Jalur yang sempat terputus disambung lagi, layanan KA Patas Jakarta–Bogor diluncurkan, dan nama-nama stasiun disesuaikan dengan ejaan baru. Mulai 1976, KRL Jepang gantiin kereta peninggalan Belanda. Fasilitas juga mulai diperbaiki. Stasiun Tebet dan Depok Baru dibuka.

Tapi ya, kayaknya setiap zaman punya masalah sendiri. Tahun 1980-an, kemacetan di perlintasan bikin Presiden Soeharto kesel karena sering kena macet juga. Akhirnya, proyek jalur layang Jakarta–Manggarai dipercepat dengan teknologi pre-cast girder, jembatan dicetak di pabrik dulu baru dipasang.

Layanan Pakuan Express Jakarta Bogor Tahun 1992

Tahun 1992, jalur layang resmi dipakai. Stasiun Mangga Besar dan Jayakarta juga mulai beroperasi. Terus, layanan Pakuan Express diluncurkan, jadi semacam KRL eksekutif yang cuma berhenti di beberapa stasiun, termasuk Gambir. Bahkan, KRL ini pernah dipakai Presiden buat resmian jalur layang!

Sayangnya, pada 1993 terjadi tragedi. Dua KRL tabrakan di antara Depok dan Pondok Terong, menyebabkan 20 orang meninggal. Ini terjadi karena jalur masih tunggal. Sejak itu, pembangunan jalur ganda dikebut rampung di 1996.

Masuk tahun 2000-an, stasiun-stasiun direnovasi lagi. Desainnya makin modern, ada atap melengkung dan peron tinggi. Bahkan jalur baru Citayam–Nambo sempat dibuka. Tapi sayang, karena banyak penumpang nggak bayar tiket, jalur ini dianggap rugi dan sempat ditutup sampai 2006.

Era PT KCI Tahun 2011

Baru deh di 2011, KRL mulai dibenerin sistemnya. Rute disederhanakan jadi 6 utama. Jalur Jakarta–Bogor dilayani oleh jalur merah, jalur biru buat Bekasi, dan jalur kuning dari Bogor ke Tanah Abang via Citayam. Kemudian Loop Line dihapus.

Lalu datanglah perubahan besar-besaran di Stasiun Manggarai. Targetnya sih supaya jadi pusat utama. Tahun 2021, jalur merah akhirnya diberi nama resmi “Bogor Line” dengan simbol huruf B. Penumpang bisa transit ke Cikarang Line atau Bekasi Line kalau mau ke tempat lain.

Jalur Nambo juga kembali aktif, dan bahkan stasiun Pondok Rajeg yang lama mati suri, sekarang udah dihidupkan lagi. Ke depannya, Gunung Putri kemungkinan menyusul. Rencana stasiun baru bernama Suka Resmi juga udah dicanangkan buat bantu mengurangi kepadatan di Bogor dan Cilebut.

Integrasi KRL Jakarta Bogor Tahun 2025

  1. KRL bandara di Manggarai
  2. LRT Cibubur dan Bekasi di Cawang
  3. KA Pangrango di Bogor
  4. MRT Utara-Selatan di Jakarta Kota (pembangunan)

Belum lagi kawasan transit-oriented development (TOD) kayak di Tanjung Barat dan Pondok Cina.

Per 31 Januari 2025, jalur Jakarta–Bogor resmi berusia 152 tahun! Dulu cuma ada dua perjalanan pulang-pergi, sekarang udah ada lebih dari 450 jadwal per hari. Belum termasuk kereta barang dan jarak jauh. Ngalahin MRT dan LRT di Jakarta.

Tapi ya, masih banyak PR. Kereta ke arah Nambo misalnya, cuma ada tiap 1–2 jam. Idealnya sih jalur itu dipisah dan punya layanan sendiri biar jadwal bisa lebih padat. Selain itu, harus berbagi sama kereta jarak jauh bikin jadi telat.

Selama 152 tahun, jalur ini terus berkembang, jadi saksi perubahan zaman, dan tetap jadi andalan warga Jabodetabek.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *