Cerita Konsultan Ekspor Impor Sukses

Bisnis32 Views

Kalau kamu pelaku UMKM, calon eksportir, atau baru mimpi ekspor produk Indonesia ke luar negeri—ada satu pelajaran penting yang harus kamu tahu: jangan cuma bisa jualan, tapi pahami juga strategi ekspor dari A sampai Z biar nggak boncos. Mulai dari biaya tersembunyi, cara negosiasi sama buyer, sampai mindset profesional, semua itu bisa jadi pembeda antara untung gede atau rugi dalam kontainer.

Dia sekarang dikenal sebagai konsultan ekspor impor yang udah keliling dunia. Tapi dulu, dia cuma anak sastra Inggris yang suka ngelesin anak-anak sekolah.

Berawal dari rasa kurang tertantang ngajar-ngajar, Dia masuk ke perusahaan ekspor murni—100% ekspor, nol persen jual lokal. Bahasa Inggrisnya yang jago bikin dia langsung ditunjuk jadi ujung tombak marketing ke luar negeri. Eropa, Australia, Amerika, India, Jepang, semuanya pernah dia handle.

Gaji Fantastis, Tapi Air Wudhu Saja Susah

Pernah kerja di Bali untuk perusahaan Inggris. Pernah juga tinggal di Malaysia. Gaji? Kalau di Indonesia Rp5 juta, di sana bisa Rp35 juta per bulan. Tapi perjuangannya juga nggak main-main. Cari makanan halal pun jadi drama.

Kebiasaan Buyer yang Bikin Nyesek

Buyer beda negara, beda kelakuan. Yang paling “unik” tuh buyer dari India, Pakistan, Bangladesh—tawar-menawar nggak ada habisnya. Mereka kadang beli barang buat dijual lagi ke Amerika, dan minta tempo pembayaran yang… bikin keringat dingin. Bahkan bisa bayar setengah tahun kemudian! Kalau nggak tahu cara bacanya LC (letter of credit), siap-siap deh gigit jari.

Tips Anti Rugi Saat Ekspor Barang UMKM

Nah, buat kamu yang baru mulai ekspor, ini beberapa jebakan yang sering bikin kantong bolong:

  1. Mutu Nggak Konsisten – Hari ini renyah, besok melempem. Buyer bisa klaim balik kalau nggak sesuai spek.
  2. Biaya Tersembunyi – COA, forklif, stiker, bahkan ongkos kuli, kalau nggak dihitung di awal, bisa nguras laba.
  3. Supply Ability Asal Jawab – Buyer order 20 ton, tapi kamu cuma bisa produksi 5 ton seminggu? Wah, bisa kena penalti.
  4. Respon Lambat = Buyer Kabur – Email, WA, telepon harus gercep dijawab. Buyer luar negeri benci banget nunggu.
  5. Klaim dan Deadstock – Salah packing, atau barang jatuh pas dibuka di pelabuhan bisa bikin kamu bayar ganti rugi sampai rumah sakit.

Peran Ayah dan Ibu dalam Hidup

Tapi semua pencapaian itu nggak datang dari langit. Dia cerita, yang bikin dia kuat dan jujur itu didikan ayahnya. Seorang pria sederhana yang ngajarin arti “ngasih duluan walau belum punya.” Ibu? Ibu adalah alasan kenapa dia jadi pintar ngomong dan cerdas baca peluang.

Tempat Belajar Ekspor Tanpa Pusing

Sekarang, Dia mendirikan tempat belajar ekspor. Nggak cuma buat pelaku ekspor gede, tapi juga UMKM dan mahasiswa.

Pelatihannya bisa online maupun offline. Bahkan ada in-house training ke perusahaan. Topiknya lengkap: regulasi bea cukai, cara negosiasi harga, budaya bisnis tiap negara, bahkan sampai cara packing yang aman biar nggak diklaim.

Eksportir Sukses Bukan Cuma Butuh Ilmu

Ada tiga hal yang bikin seseorang bener-bener kompeten di ekspor:

  • Knowledge (Pengetahuan)
  • Skill (Keterampilan Praktis)
  • Attitude (Sikap dan Etika Kerja)

Kalau cuma tahu teori tapi slow respon dan suka ngeles, ya siap-siap ditinggal buyer.

Dari kota kecil, dari cemoohan teman kuliah, dari ayah yang bilang, “Kuliah saja, Nak, Ayah usahakan,” sampai bisa beli mobil dari gaji ekspor dan umroh bareng keluarga—semua itu proses panjang.

Tapi buat siapa pun yang pengin hidup lebih mandiri dan membawa produk Indonesia ke mata dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *