Cerita Akun Instagram Hilang Hingga Lahirnya Masjid Malikal Mulki Berkat Keajaiban Al-Quran

Sejarah35 Views

Pernah merasa semua yang kita lakukan itu ujung-ujungnya karena petunjuk dari Allah? Taqy Malik sangat merasakan hal ini. Ketika orang lain jungkir balik mengejar dunia dan tak kunjung dapat, mereka yang dekat dengan Quran seolah diberi jalan tol bebas hambatan.

Ini bukan teori, tapi pengalaman nyata yang pernah mengubah hidupnya. Titik terendah dalam berbisnis, menurutnya, adalah ketika kita sudah bingung mau melakukan apa lagi. Keyakinan inilah yang menjadi kompas dalam setiap langkah yang ia ambil, baik dalam bisnis, dakwah, maupun kehidupan pribadinya.

Bayangkan sebuah masjid yang setiap malam Minggu ramai dikunjungi ribuan anak muda. Suasananya asyik, jauh dari kesan kaku dan menyeramkan. Mereka datang bukan karena terpaksa, tapi karena kangen. Itulah Masjid Malikal Mulki di Bogor, sebuah mahakarya yang lahir dari sebuah kejatuhan. Program andalannya, “Healing Sat-Night,” jadi magnet kuat. Kenapa? Karena di sini, anak muda merasa diterima.

Setiap yang datang dapat makan gratis, karena Taqy percaya, percuma menasihati perut yang lapar. Pasangan muda yang bawa anak? Tenang, ada babysitter gratis yang siap menjaga di kid zone. Mau pulang tapi bensin tiris? Ada bensin Pertamax gratis yang disiapkan. Bahkan, ada ratusan jamaah yang memilih menginap (mabit), lalu lanjut qiyamullail bersama.

Masjid ini bukan cuma tempat ibadah; ini adalah rumah, tempat kembali yang nyaman, terbuka 24 jam dengan Wi-Fi gratis, dan punya coffee shop sendiri. Konsepnya sederhana: jadikan masjid sebagai tempat nongkrong paling asyik, sehingga anak muda betah dan hatinya terpaut pada kebaikan.

Titik Balik Saat Akun Instagram 2,6 Juta Follower Lenyap

Di balik masjid yang keren ini, ada sebuah kisah kejatuhan yang menyakitkan. Pada tahun 2022, Taqy Malik kehilangan akun Instagram-nya yang memiliki 2,6 juta pengikut. Akun itu bukan sekadar media sosial, tapi mesin utama bisnis dan sumber nafkahnya. Awalnya, ia panik. Dengan angkuh, ia merasa punya uang dan koneksi untuk mengembalikannya. Ia menyewa para ahli IT terbaik, bahkan rela membayar ratusan juta. Hasilnya? Nihil. Satu per satu menyerah.

Bulan demi bulan berlalu, rasa sombong itu luntur digantikan kepasrahan. Ia sampai pada titik di mana ia berdoa, “Ya Allah, kalau akun ini masih baik, kembalikan. Kalau tidak, ambil saja selamanya.” Ia sadar, Allah sedang menegurnya. Selama ini, kesuksesan bisnis membuatnya lupa diri. Undangan dakwah sering ditolak karena ia merasa sudah punya segalanya. Allah cemburu.

Di tengah keputusasaan itu, ia berdoa meminta dipertemukan dengan orang-orang baik. Doa itu terjawab saat ia bertemu dengan Kiai Luqman. Dalam sebuah pertemuan, sang Kiai menepuk pundaknya dan berkata, “Udah, balik ke masjid. Cepat atau lambat akun ente balik.” Kalimat sederhana itu menusuk kalbunya.

Tanpa pikir panjang, Taqy langsung mencari tanah di Jakarta. Dua minggu setelah ia ikhlas dan berniat membangun masjid, sebuah keajaiban terjadi. Saat sedang berada di mobil bersama Kiai Luqman di Batam pada hari Jumat, sebuah email masuk: “Akun Taqy Malik telah diaktifkan kembali.” Akun itu kembali bukan karena kehebatan ahli IT, tapi karena ia menyadari kesalahannya dan berjanji untuk kembali ke jalan dakwah. Momen itu membuktikan, masalah akan selesai jika kita tahu di mana letak kesalahan kita dan mau bertaubat.

Jejak Bisnis dan Berkah Al-Quran: Cara Taqy Malik Bangkit dari Nol

Jauh sebelum drama akun Instagram, jiwa bisnis Taqy memang sudah terasah. Saat kuliah di Mesir, ia hidup mandiri. Iseng-iseng, ia mulai berbisnis dengan mengirim buah zuriat ke Indonesia, lalu beralih menjual gamis Mesir. Gagal coba lagi, gagal coba lagi. Pola itu terus berulang. Baginya, lebih baik langsung praktik daripada sibuk dengan teori. Jika dipersulit, berarti harus ganti haluan.

Darah Minang dari sang ayah mungkin berperan, tapi ia yakin, kesuksesan bisnisnya bukan karena kepintaran, melainkan berkah dari Al-Quran. Usaha Taqychan Banana yang laku puluhan ribu bungkus dan bisnis safron yang meledak adalah buah dari kedekatannya dengan kitab suci. Ia tidak hanya menjual produk, tapi mengedukasi pasar terlebih dahulu, sebuah strategi yang membedakan seorang pebisnis dari sekadar pedagang.

Menjadi Ustaz dan Menemukan Kebahagiaan Sejati

Dipanggil “ustaz” sejak usia belasan tahun setelah menyelesaikan hafalan 30 juz tentu menjadi beban. Ia sadar, seorang pendakwah punya risiko dosa yang lebih besar jika tidak mengamalkan apa yang ia sampaikan. Baginya, apa yang disampaikan seorang pendakwah sejatinya adalah nasihat untuk dirinya sendiri terlebih dahulu.

Pada akhirnya, kebahagiaan sejati menurut Taqy Malik bukanlah tentang uang atau materi. Ia pernah berada di posisi punya banyak uang tapi hatinya hampa. Kuncinya adalah “rasa tenang” yang datang dari kedekatan dengan Allah. Uang hanyalah wasilah, bukan tujuan utama.

Kisah hidupnya mengajarkan satu hal penting: setiap orang pasti pernah jatuh, tapi setiap orang juga punya hak untuk berhasil. Kata kuncinya hanya satu, sadari kesalahan, lalu kembalilah kepada Allah. Maka, pintu keberhasilan akan terbuka lebar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *