Seringkali pertanyaan yang diajukan dari banyak orang tua muda yaitu cara memilih sekolah terbaik untuk anak. Selain hal ini menjadi tugas utama bagi orang tua, anak setidaknya perlu dilibatkan ketika mencari sekolah tersebut sejalan dengan tumbuh kembang umurnya. Namun, sebagai orang tua perlu menilai karakteristik suatu sekolah. Mencari sekolah seperti mencari rumah kedua bagi anak juga orang tua. Semakin cocok visi misi yang dianut suatu sekolah dengan visi misi pendidikan orang tua maka tingkat kesuksesannya akan semakin mudah untuk dicapai karena diperlukan kerjasama antara komponen sekolah, anak, dan orang tua.
Tugas penting sebagai orang tua sekarang ialah bagaimana memilih sekolah yang sesuai karakteristik dan kebutuhan sang anak karena tidak semua sekolah itu cocok dengan anak. Setiap anak mempunyai karakteristik dan kebutuhan berbeda yang bisa jadi tidak cocok karena sekolah tersebut menerapkan prinsip pendidikan tertentu. Kemudian bagaimana suatu sekolah tersebut mengadopsi riset terbaru yang baik dalam menjalankan pendidikan yang berdampak kepada psikologi anak.
Anak belajar hidup di sekolah sehingga jika memperoleh kesuksesan di sekolah seharusnya juga berkaitan dengan kesuksesan pada saat ini dan masa yang akan datang. Hal tersebut sebetulnya tidak mudah bagi orang tua dalam menilai serta membandingkan kualitas sekolah karena terkadang ketika memilih sekolah selalu berkaca kepada pengalaman terdahulu dimana pendidikan masih konvensional.
Kebanyakan orang tua dalam mencari sekolah memulai dari yang terlihat berwujud tanpa melakukan analisa dan pendalaman terhadap filosofi pendidikan yang dianut padahal ketika berbicara kualitas pendidikan di sekolah, hal yang terlihat tersebut perlu observasi dan analisa lebih lanjut seperti implementasi praktek serta budaya dalam sekolah.
Contoh model pembelajaran seperti terdapat dua anak dari sekolah yang berbeda dengan masing-masing membawa kerajinan tangan kertas lipat berbentuk model pesawat yang sama bentuknya. Namun, hal nyata terlihat tersebut tidak menunjukan kualitas sekolah yang sama karena proses untuk mencapai hal tersebut bisa saja berbeda. Semisal di sekolah pertama seorang guru membuat model pesawat terbang di depan kelas lalu menjelaskan tahapan langkahnya kemudian anak mencontoh semirip mungkin seperti apa yang dilakukan sang guru. Aktivitas itu dilakukan didalam ruangan kelas dengan guru sebagai peran utama pembelajaran yang mana akan memberikan manfaat supaya melatih anak agar dapat mengikuti prosedur serta kemampuan motorik membuat prakarya.
Sementara pada sekolah kedua, guru bersama anak-anak ke lapangan sekolah sambil memancing pemikiran anak dengan mengajukan pertanyaan seperti benda apa yang dapat menempuh dari titik a ke titik b dalam waktu yang cepat? Setelah itu anak melakukan semacam penelitian dari berbagai sumber mengenai pengaruh material, pengaruh angin, atau pengaruh bentuk terhadap kecepatan sehingga kemudian anak berlomba-lomba membuat benda dari material apapun untuk menjawab soal tadi. Setelah memulai bentuk awal serta mencoba efektivitasnya kemudian merevisi modelnya lalu mendiskusikan benda buatannya dengan teman lainnya dan seterusnya sehingga muncul hasil akhir suatu model pesawat. Bisa dibayangkan segala macam fasilitas sekolah digunakan dengan pemahaman mengenai konsep, perspektif, fungsi bentuk juga integrasi seni dan pengetahuan sains serta keterampilan motorik, rasa ingin tahu melalui riset berpikir juga kreatifitas atau komitmen semua dilatih hanya dari membuat model pesawat dari kertas lipat.
Dari kasus membuat model pesawat dari kertas diatas meberikan gambaran kualitas proses pendidikan yang sangat berbeda. Pertanyaan selanjutnya adalah sekolah seperti apa yang dipilih dan apakah sesuai dengan anak serta hal apa yang perlu diperhatikan ketika memilih agar mendapatkan sekolah yang tepat.
Fasilitas Sekolah
Sebelum ke topik mengenai kurikulum, ada baiknya membahas fasilitas yang diberikan sekolah. Faktor fasilitas menjadi poin utama yang dipertimbangkan ketika memilih sekolah. Fasilitas sekolah sangat wajib diperlukan dalam mendukung proses pendidikan tapi jangan hanya dilihat dari apa yang terlihat wujudnya ketika berkunjung namun dilihat dari aspek tidak terlihat yang hanya dapat diketahui dengan bertanya langsung serta menganalisa lebih lanjut. Contohnya seperti fasilitas lapangan olahraga di sekolah. Sekedar ada atau tidak maupun kecil atau besar lapangan tidak menjadi ukuran kualitas sekolah karena sebetulnya yang harus dilihat adalah pertanyaan lanjutannya seperti seberapa sering fasilitas lapangan olahraga digunakan. Karena ada sekolah yang meskipun punya lapangan besar namun pelajaran olahraganya hanya satu kali dalam seminggu. Lihat sekolah dasar favorit di bogor
Kemudian berapa anak yang dapat menggunakan fasilitas lapangan tersebut, metode pengajaran apakah lapangan tersebut digunakan untuk hanya pelajaran olahraga atau dapat digunakan sebagai integrasi dengan pelajaran lainnya contohnya sains untuk mengetahui pengaruh angin dalam olahraga. Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah filosofi kurikulum tujuan jangka panjang dari olahraga tersebut apakah sebatas hanya suatu pelajaran atau merupakan pembentukan pola hidup sehat yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berbicara mengenai olahraga juga tidak hanya soal lapangan saja, namun juga fasilitas lainnya di sekolah seperti kantin yang menyediakan makanan berkualitas dan bergizi tinggi untuk mendukung fisik dalam belolahraga. Pastikan fasilitas indoor dan outdoor sekolah serta prosedur keselamatan dan keamanan anak juga harus dilihat dari sistem yang diaplikasikan.
Kurikulum Sekolah
Berbicara mengenai kurikulum memang terdapat hal yang tersurat dan tersirat. Sebetulnya bagian yang lebih penting ialah hal yang tersirat seperti metode pembelajaran dan metode pengukuran dari kurikulum tersebut. Ketika orang tua berkunjung kemudian memperoleh jawaban bahwa sekolah tersebut menggunakan kurikulum tertentu disebabkan menggunakan buku pelajaran tertentu sehingga mendapatkan akreditasi tertentu maka dapat ditanyakan tentang aspek kurikulumnya karena buku yang digunakan oleh sekolah atau sertifikasi internasional dari lembaga tertentu sebetulnya hanya hal kecil dari sebuat kurikulum yang utuh.
Contohnya ada sekolah berlabel agama yang bisa jadi bukan jaminan bahwa anak akan memperoleh pemahaman agama yang sesuai dengan tujuan dari visi misi pendidikan orang tua. Meskipun terdapat mata pelajaran agama dalam frekuensi tertentu belum tentu dapat ditangani dengan baik. Harus ditelaah lebih jauh mengenai sikap dan konsep seperti apa yang menjadi filosofi sekolah seperti mempelajari kitab suci apakah harus dihafalkan atau dipahami. Contoh lainnya bagimana cara sekolah mengajarkan toleransi dalam perbedaan apakah dipraktekan atau dinyatakan lalu yang menjadi indikator nilai agama apakah hanya dari nilai dalam ujian saja atau profil tingkah laku siswa di dalam maupun diluar sekolah. Cek juga SMP Bagus di Bogor.
Contoh lain kurikulum tertulis dalam kasus mata pelajaran matematika. Semua sekolah mengajarkan matematika, namun sebenarnya sekolah membuat pilihan apa yang menjadi fokus seperti sekolah yang memiliki kurikulum yang memberikan penekanan ke aspek operasi hitung dan angka walau sebetulnya definisi matematika itu sangat luas meliputi bidang lain semisal pola dan fungsi, bentuk dan ruang geometri, pengolahan data, atau pengukuran. Setiap sekolah memiliki perbedaan filosofi pendidikan akan menitikberatkan bidang mana dalam mata pelajaran matematika yang memiliki bobot lebih besar dan mana yang lebih relevan juga esensial serta berhubungan dengan tujuan pendidikan sekolah itu. Tidak hanya dari kurikulum tertulis, namun juga cara mengajar di kelas lalu kriteria keberhasilan matematika akan berbeda dari setiap sekolah. Apakah anak yang pintar menghapal hitungan atau anak yang pandai oeparasi hitung secepat kalkulator atau anak yang bisa mengolah data dengan tepat untuk solusi pemecahan masalah sehari-hari yang dianggap sebagai pintar matematika di sekolah tersebut.
Pendidikan yang baik akan menghasilkan kompetensi akademik dan non akademik secara utuh. Dalam pendidikan yang baik anak akan belajar konsep yang esensial, sikap belajar positif, pengetahuan yang terintegrasi, dan keterampilan terlatih yang pada akhirnya akan diwujudkan dalam aksi nyata di kehidupan sehari-hari karena pendidikan ideal ssbenarnya adalah pendidikan yang dapat merubah perilaku.
Tujuan pendidikan jangka panjang orang tua serta tantangan yang dihadapi sang anak di masa depan dapat menjadi panduan ketika memutuskan visi misi sekolah seperti apa yang diinginkan.